TOKOH WAYANG GATOTKACA
Taufik
Akbar. S
37412306
2ID01
Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata,
putra Bimasena (Bima) atau Wrekodara dari keluarga Pandawa.
Ibunya bernama Hidimbi (Harimbi), berasal dari bangsa rakshasa.
Gatotkaca dikisahkan memiliki kekuatan luar biasa. Dalam perang besar di Kurukshetra, ia menewaskan
banyak sekutu Korawa sebelum akhirnya gugur di tangan Karna. Di Indonesia,
Gatotkaca menjadi tokoh pewayangan yang sangat populer. Misalnya dalam pewayangan Jawa, ia dikenal dengan
sebutanGatutkaca (bahasa Jawa: Gathutkaca). Kesaktiannya
dikisahkan luar biasa, antara lain mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan
sayap, serta terkenal dengan julukan "otot kawat tulang besi".
Dalam bahasa Sanskerta, nama Ghatotkacha secara harfiah bermakna
"memiliki kepala seperti kendi". Nama ini terdiri dari dua kata,
yaitughaṭ(tt)am yang
berarti "buli-buli" atau "kendi", dan utkacha yang berarti "kepala". Nama
ini diberikan kepadanya karena sewaktu lahir kepalanya konon mirip dengan
buli-buli atau kendi
1.
KELAHIRAN
Menurut versi Mahabharata,
Gatotkaca adalah putra Bimasena dari keluaga Pandawa yang lahir dari seorang rakshasa perempuan bernamaHidimbi.
Hidimbi sendiri merupakan raksasa penguasa sebuah hutan; tinggal bersama
kakaknya yang bernama Hidimba (dalam pewayanganJawa, ibu Gatotkaca lebih
terkenal dengan sebutan Arimbi. Menurut
versi ini, Arimbi bukan sekadar penghuni hutan biasa, melainkan putri dari
Kerajaan Pringgadani, negeri bangsa rakshasa).
Kisah kelahiran Gatotkaca dikisahkan secara tersendiri dalam pewayangan Jawa. Namanya sewaktu
masih bayi adalah Jabang Tetuka. Sampai usia satu tahun, tali pusarnya belum
bisa dipotong walau menggunakan senjata apa pun. Arjuna (adik Bimasena)
pergi bertapa untuk mendapatkan petunjuk dewa demi menolong keponakannya itu. Pada
saat yang sama Karna, panglima Kerajaan
Hastina juga sedang
bertapa mencari senjata pusaka. Karena wajah keduanya mirip, Batara Narada selaku utusan kahyangan memberikan senjata Kontawijaya kepada
Karna, bukan kepada Arjuna. Setelah menyadari kesalahannya, Narada pun menemui
Arjuna yang sebenarnya. Lalu Arjuna mengejar Karna untuk merebut senjata Konta,
sehingga pertarungan pun terjadi. Karna berhasil meloloskan diri bersama
senjata Konta, sedangkan Arjuna hanya berhasil merebut sarung pembungkus pusaka
tersebut. Sarung pusaka Konta terbuat dari kayu mastaba yang ternyata bisa
digunakan untuk memotong tali pusar Tetuka. Saat dipakai untuk memotong, kayu
mastaba musnah dan bersatu dalam perut Tetuka. Kresna yang ikut serta menyaksikannya
berpendapat bahwa pengaruh kayu Mastaba akan menambah kekuatan bayi Tetuka. Ia
juga meramalkan bahwa kelak Tetuka akan tewas di tangan pemilik senjata Konta.
2.
JAGOAN PARA DEWA
Menurut versi pewayangan Jawa, Tetuka diasuh di kahyangan oleh Narada yang saat itu sedang digempur oleh Patih Sekipu dari
Kerajaan Trabelasuket. Patih tersebut diutus rajanya, Kalapracona untuk melamar bidadari bernama
Batari Supraba. Tetuka dihadapkan sebagai lawan Sekipu. Semakin dihajar, Tetuka
justru semakin kuat. Karena malu, Sekipu mengembalikan Tetuka kepada Narada
untuk dibesarkan saat itu juga. Narada menceburkan tubuh Tetuka ke dalam kawah
Candradimuka, di Gunung Jamurdipa. Para dewa kemudian melemparkan berbagai
jenis senjata pusaka ke dalam kawah. Beberapa saat kemudian, Tetuka muncul ke
permukaan sebagai seorang laki-laki dewasa. Segala jenis pusaka para dewa telah
melebur dan bersatu ke dalam dirinya. Kemudian Tetuka bertarung melawan Sekipu
dan berhasil membunuhnya dengan gigitan taringnya. Kresna dan para Pandawa saat
itu datang menyusul ke kahyangan. Kresna memotong taring Tetuka dan menyuruhnya
berhenti menggunakan sifat-sifat kaum raksasa. Batara Guru, raja kahyangan
menghadiahkan seperangkat pakaian pusaka, yaitu Caping Basunanda,Kotang
Antrakusuma, dan Terompah
Padakacarma untuk dipakai
Tetuka, yang sejak saat itu berganti nama menjadi Gatotkaca. Dengan mengenakan
pakaian pusaka tersebut, Gatotkaca mampu terbang menuju Kerajaan Trabelasuket
dan membunuh Kalapracona.
3.
PERNIKAHAN
Dalam versi Mahabharata, Gatotkaca
menikahi Ahilawati, gadis dari Kerajaan
Naga dan mempunyai anak bernama Barbarika. Dalam versi pewayanganJawa, Gatotkaca menikah dengan sepupunya, yaitu Pergiwa,
putri Arjuna. Ia berhasil menikahi Pergiwa setelah melalui
perjuangan berat, yaitu menyingkirkan saingannya, bernama Laksmana
Mandrakumara, putra Duryodana dari
keluarga Korawa. Dari perkawinannya dengan Pergiwa, Gatotkaca
memiliki putra bernama Sasikirana, yang menjadi panglima perang Hastinapura pada
masa pemerintahan Prabu Parikesit, putra Abimanyuatau cucu Arjuna. Versi
lain mengisahkan, Gatotkaca memiliki dua orang istri lagi selain Pregiwa, yaitu
Suryawati dan Sumpaniwati. Dari keduanya masing-masing lahir Suryakaca dan
Jayasumpena.
4.
KEMATIAN
a.
Versi mahabrata
Kematian Gatotkaca terdapat dalam jilid ketujuh
kitab Mahabharata yang berjudul Dronaparwa,
pada bagian Ghattotkacabadhaparwa. Ia dikisahkan gugur dalam perang di Kurukshetra pada malam hari ke-14. Perang
besar tersebut adalah perang saudara antara keluarga Pandawa melawan Korawa. Mahabharata mengisahkan,
sebagai seorang raksasa, Gatotkaca memiliki kekuatan luar biasa terutama pada
malam hari. Setelah kematian Jayadrata di
tangan Arjuna,
pertempuran seharusnya dihentikan untuk sementara karena senja telah tiba.
Namun Gatotkaca menghadang pasukan Korawa saat mereka dalam perjalanan menuju
perkemahan mereka. Pertempuran berlanjut; semakin malam, kesaktian Gatotkaca
semakin meningkat. Banyak prajurit Korawa yang dibunuhnya. Seorang sekutu
Korawa dari bangsa rakshasa bernama Alambusa maju menghadapinya. Gatotkaca
menghajarnya dengan kejam karena Alambusa telah membunuh sepupunya, yaitu Irawan putra Arjuna pada pertempuran
hari kedelapan. Tubuh Alambusa ditangkap dan dibawa terbang tinggi, kemudian
dibanting ke tanah sampai hancur berantakan.
Duryodana,
pemimpin Korawa merasa ngeri melihat keganasan Gatotkaca. Ia memaksa Karna menggunakan senjata pusaka
Indrastra pemberian Dewa Indra yang
bernama Vasavishakti (senjata Konta menurut
pewayangan Jawa) untuk membunuh rakshasa itu. Semula Karna menolak karena pusaka
tersebut hanya bisa digunakan sekali saja dan akan dipergunakannya untuk
membunuh Arjuna. Karena terus didesak, akhirnya Karna melemparkan pusakanya ke
arah Gatotkaca. Menyadari ajalnya sudah dekat, Gatotkaca memikirkan cara untuk
membunuh prajurit Korawa dalam jumlah besar sekaligus sekali serang. Gatotkaca
pun memperbesar ukuran tubuhnya sampai ukuran maksimal dan kemudian roboh
menimpa ribuan prajurit Korawa setelah senjata pamungkas Karna menembus
dadanya. Pandawa sangat terpukul dengan gugurnya Gatotkaca. Dalam barisan
Pandawa, hanya Kresna yang
tersenyum melihat kematian Gatotkaca. Ia gembira karena Karna telah kehilangan
pusaka andalannya sehingga nyawa Arjuna dapat dikatakan aman.
b. Versi
jawa
Perang di Kurukshetra dalam pewayangan Jawa biasa disebut dengan nama Baratayuda.
Kisahnya diadaptasi dan dikembangkan dari naskah Kakawin Bharatayuddha yang ditulis tahun 1157 pada zaman Kerajaan
Kadiri. Versi pewayangan mengisahkan, Gatotkaca sangat akrab dengan
sepupunya yang bernama Abimanyu,
putra Arjuna.
Abimanyu menikah dengan Utari putri Kerajaan
Wirata, setelah ia mengaku masih perjaka. Kenyataannya, Abimanyu
telah menikah dengan Sitisundari putri Kresna.
Sitisundari yang dititipkan di istana Gatotkaca mendengar kabar bahwa suaminya
telah menikah lagi. Paman Gatotkaca yang bernama Kalabendana datang menemui
Abimanyu untuk mengajaknya pulang (Kalabendana adalah adik bungsu Arimbi yang berwujud raksasa bulat kerdil
tapi berhati polos dan mulia). Hal itu membuat Utari merasa cemburu. Abimanyu
terpaksa bersumpah bahwa jika dirinya memang telah beristri selain Utari, maka
ia rela mati dikeroyok musuhnya di kemudian hari. Kalabendana menemui Gatotkaca
untuk melaporkan sikap Abimanyu. Gatotkaca justru memarahi Kalabendana yang
dianggapnya lancang mencampuri urusan rumah tangga sepupunya itu. Karena
terlalu marah, Gatotkaca memukul kepala Kalabendana. Mekipun perbuatan tersebut
dilakukan tanpa sengaja, namun pamannya itu tewas seketika.Ketika perang
Baratayuda meletus,
Abimanyu benar-benar tewas dikeroyok para Korawa pada hari ke-13. Pada hari ke-14,
Arjuna berhasil membalas kematian putranya itu dengan cara memenggal kepala Jayadrata.Duryodana sangat sedih atas kematian Jayadrata,
adik iparnya sendiri. Ia memaksa Karna menyerang perkemahan Pandawa pada malam itu juga. Karna berangkat
meskipun hal itu melanggar peraturan perang. Setelah tahu bahwa para Korawa
melancarkan serangan malam, pihak Pandawa mengirim Gatotkaca untuk menghadang.
Gatotkaca sengaja dipilih karena Kotang
Antrakusuma yang ia pakai
mampu memancarkan cahaya terang benderang. Gatotkaca berhasil menewaskan sekutu
Korawa yang bernama Lembusa. Sementara itu dua pamannya, yaitu Brajalamadan dan
Brajawikalpa, tewas di tangan musuh mereka, masing-masing bernama Lembusura dan
Lembusana.Gatotkaca berhadapan dengan Karna, pemilik senjata Kontawijaya. Ia menciptakan
kembaran dirinya sebanyak seribu orang sehingga membuat Karna merasa
kebingungan. Atas petunjuk ayahnya, yaitu Batara Surya,
Karna berhasil menemukan Gatotkaca yang asli. Ia pun melepaskan senjata Konta
ke arah Gatotkaca. Gatotkaca mencoba menghindar dengan cara terbang
setinggi-tingginya. Namun arwah Kalabendana tiba-tiba muncul menangkap
Kontawijaya sambil menyampaikan berita dari kahyangan bahwa ajal Gatotkaca
telah ditetapkan malam itu. Gatotkaca yang pasrah terhadap takdirnya berpesan
supaya mayatnya bisa digunakan untuk membunuh musuh. Kalabendana setuju,
kemudian menusuk pusar Gatotkaca menggunakan senjata Konta. Pusaka itu melebur
dengan sarungnya, yaitu kayu mastaba yang masih tersimpan di dalam perut
Gatotkaca. Setelah Gatotkaca gugur, arwah Kalabendana melemparkan jenazahnya ke
arah Karna. Karna berhasil melompat sehingga lolos dari maut. Namun keretanya
hancur berkeping-keping akibat tertimpa tubuh Gatotkaca. Pecahan kereta
tersebut melesat ke segala arah dan menewaskan para prajurit Korawa yang berada
di sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar