MASKOT FLORA DAN FAUNA JAWA BARAT
TAUFIK AKBAR. S
37412306
2ID01
1.
POHON GANDARIA (Bouea macrophylla Griffith)
Gandaria (Bouea macrophylla Griffith) atau nama lokal lainnya jatake adalah tanaman yang berasal dari
kepulauan Indonesia dan Malaysia.
Tanaman ini tumbuh di daerah tropis, dan
banyak dibudidayakan di Sumatera dan Thailand.
Gandaria dimanfaatkan buah, daun, dan
batangnya. Buah gandaria berwarna hijau saat masih
muda, dan sering dikonsumsi sebagai rujak atau campuran sambal gandaria. Buah gandaria yang matang
berwarna kuning, memiliki rasa kecut-manis dan dapat dimakan langsung. Daunnya
digunakan sebagai lalap. Batang gandaria dapat digunakan sebagai papan.
Gandaria adalah flora identitas Jawa Barat
Buah gandaria menyerupai mangga bulat yang kecil. Pohonnya sedang, namun tinggi. Tingginya dapat mencapai 25 m. Tajuknya rapat. Dahannya berbentuk lebar memanjang, dengan
ujung yang tumpul. Perbungaannya malai, bunganya menyerupai bunga mangga yang berwarna kuning, dan
muncul di ketiak daun. Berbunga pada bulan September-Desember. Buahnya bulat, seperti kelereng. Tipenya seperti buah batu,
mengeluarkan cairan kental dan bau khas seperti terpentin. Sewaktu masih muda, warnanya hijau, dan kalau sudah
matang, berwarna kuning oranye. Bijinya berwarna ungu. Daunnya tunggal, berbentuk bundar telur-lonjong sampai bentuk
lanset atau jorong. Waktu muda berwarna putih, kemudian berangsur ungu tua,
lalu menjadi hijau tua
Buah ini berasal di daerah-daerah Asia Tenggara,
sekarang menyebar ke pulau-pulau di sebelah
timurnya dan juga sampai ke India. Di Indonesia,
gandaria memiliki persebaran yang sempit. Yakni di Pulau
Sumatera, sebagian Jawa, Maluku, Kalimantan Selatan, Sulawesi
Selatan dan Sulawesi
Utara, dan Papua. Ia tumbuh di hutan-hutan, atau ditanam
di desa-desa sebagai tanaman
buah. Ia tumbuh dengan baik dari ketinggian 5-800 mdpl. Pembudidayaan tumbuhan ini sudah
dilakukan di Sumatera.
Sementara itu, ia tumbuh baik di Ambon dengan pemukiman baik dataran
rendah ataupun dataran
tinggi. Di hutan
dataran rendah, dapat hidup di bawah 300 mdpl, tetapi dalam
pembudidayaan telah berhasil ditanam pada ketinggian sekitar 850 m dpl.
Daunnya yang masih muda
digunakan untuk sayuran, khususnya untuk lalap. Buahnya berair, rasanya manis-masam. Tumbuhan ini bisa langsung dimakan
seusai dipetik dari pohonnya. Sedangkan sewaktu masih muda, buahnya bisa dibuat sambal, rujak, dimakan langsung atau
untuk lalap. Kayunya dapat digunakan untuk membuat sarung keris dan daunnya digunakan untuk obat.
2. MACAN
TUTUL (Panthera pardus )
Macan tutul atau
dalam nama ilmiahnya Panthera
pardus adalah salah satu dari
empat kucing besar. Hewan ini dikenal juga dengan
sebutanharimau dahan karena
kemampuannya memanjat. Pada mulanya, orang berpikiran bahwa macan tutul adalah hibrida dari singa dan harimau,
sehingga muncul nama "leopard" di kalangan peneliti Eropa awal. Macan tutul
jawa (P. p. melas)
adalah fauna identitas Jawa Barat dan termasuk hewan yang terancam punah di Indonesia.
Macan tutul berukuran besar, dengan panjang tubuh antara satu
sampai dua meter. Spesies ini pada umumnya memiliki bulu berwarna kuning
kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna hitam. Bintik hitam dikepalanya
berukuran lebih kecil. Macan tutul betina serupa, dan berukuran lebih kecil
dari jantan.
Daerah sebaran macan tutul adalah di benua Asia dan Afrika. Spesies
ini sempat dianggap memiliki banyak anakjenis (lebih dari 30 subspesies) yang
ditemukan di segala macam habitat, mulai dari hutan tropis, gurun, savanah,
pegunungan dan daerah pemukiman, namun sekarang direduksi menjadi hanya
sembilan setelah dilakukan pengujian molekuler.
Macan Tutul adalah hewan penyendiri, yang saling menghindari
satu sama lain. Spesies ini lebih aktif di malam hari. Karena tingkat kematian
anak yang tinggi, betina biasanya mempunyai satu sampai dua anak, yang tinggal
bersama induknya sampai macan muda berumur sekitar antara satu setengah sampai
dua tahun.
Macan Tutul merupakan pemburu oportunitis, yang menggunakan
segala kesempatan untuk mendapatkan mangsanya. Mereka memakan hampir segala
mangsa dari berbagai ukuran. Mangsa utamanya terdiri dari aneka hewan menyusui,
binatang pengerat, ikan, burung, monyet dan binatang-binatang lain yang
terdapat disekitar habitatnya.
Pada umumnya, Macan Tutul menghindari manusia. Namun macan
yang kurang sehat, kelaparan atau terluka sehingga tidak dapat berburu mangsa
yang biasa, dapat memangsa manusia. Ada peristiwa mengenai seekor Macan Tutul
jantan di Rudraprayag memangsa lebih dari 125 jiwa, dan
seekor Macan Tutul betina yang disebut "Macan Tutul Panar" memangsa
lebih dari 400 jiwa pada awal abad ke-20 di India.
Beberapa subspesies dari Macan Tutul seperti Macan Kumbang dari Indonesia terancam punah, namun secara umum
Macan Tutul dievaluasikan sebagai Beresiko Rendah di dalam IUCN Red List.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar