Nama :
Taufik Akbar. S
Kelas :
2ID01
ILMU
SOSIAL DASAR
1.
Tarian
tradisional (TARI MERAK)
Sejarah Tari
Merak sebenarnya berasal dari bumi Pasundan ketika pada tahun 1950an seorang
kareografer bernama Raden Tjetjep Somantri menciptakan gerakan Tari Merak.
Sesuai dengan namanya Tari Merak
merupakan implentasi dari kehidupan burung Merak. Utamanya tingkah merak jantan
ketika ingin memikat merak betina.
Gerakan merak jantan yang memamerkan
keindahan bulu ekornya ketika ingin menarik perhatian merak betina tergambar
jelas dalam Tari Merak.
Gambaran itu telihat dari kostum yang
dipakai oleh penari dalam menampilkan Tari Merak. Warna kostum yang dipakai
oleh para penari biasanya sesuai dengan corak bulu burung merak.
Selain itu, kostum penari juga
dilengkapi dengan sepasang sayap yang mengimpletasikan bentuk dari bulu merak
jantan yang sedang dikembangkan.
Dalam sejarah Tari Merak telah
mengalami perubahan dari gerakan yang diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri
dengan adanya perubahan kareografi yang dibuat oleh Dra. Irawati Durban Arjon.
Sejarah Tari Merak tidak hanya sampai
disitu karena pada tahun 1985 gerakan Tari Merak kembali direvisi.
Dalam pertunjukannya Tari Merak
biasanya ditampilkan secara berpasangan dengan masing – masing penari
memerankan sebagai merak jantan atau betina.
Dengan iringan lagu gending Macan Ucul
para penari mulai menggerakan tubuhnya dengan gemulai layaknya gerakan merak
jantan yang sedang tebar pesona.
Gerakan merak yang anggun dan
mempesona tergambar dari gerakan Tari Merak yang penuh keceriaan dan
keanggunan.
Sehingga tak heran jika Tari Merak
sering digunakan untuk menyambut pengantin pria atau sebagai hiburan untuk tamu
dalam acara pernikahan.
Selain itu Tari Merak juga banyak
ditampilkan dalam event – event baik yang bertaraf nasional dan internasioan
karen akeindahan gerakan Tari Merak
2. Upacara tradisional (AQIQAH DALAM
MASYARAKAT MELAYU, RIAU)
Masyarakat Melayu memiliki banyak sekali upacara-upacara tradisional yang
masih dipertahankan hingga sekarang. Upacara tradisional Melayu itu meliputi
keseluruhan siklus kehidupan manusia sejak dalam kandungan, kelahiran, masa
kanak-kanak, remaja, dewasa, berumah tangga, hingga meninggal dunia. Semua itu
diatur sedemikian rupa oleh adat yang telah disepakati sejak zaman nenek moyang
orang Melayu dan diwariskan secara turun temurun hingga sekarang.
Biasanya upacara tradisional untuk memperingati peristiwa-peristiwa penting
dalam kehidupan masyarakat Melayu diadakan dengan mengundang kerabat dekat dan
tetangga dengan jamuan makan bersama. Berbagai macam upacara adat yang terdapat
di dalam masyarakat Melayu merupakan cerminan bahwa semua perbuatan telah
diatur oleh tata nilai luhur. Tata nilai luhur tersebut diwariskan secara
turun-temurun dari generasi ke generasi.
Kenyataan bahwa masyarakat Melayu menghormati budayanya, tampak dalam
pelaksanaan Ayun Budak. Ayun Budak adalah upacara yang dilakukan untuk bayi
yang baru berusia beberapa hari dan digabungkan dengan upacara aqiqah,
sehingga kegiatan mencukur rambut bayi dan menepung-tawari bayi selalu
mengawali acara ini. Hal inilah yang oleh Irwan Effendi dan Muslim Nasution
melalui bukunya Lagu Ayun Budak: Rampai Budaya Melayu Riau disebut bahwa Ayun
Budak merupakan salah satu tradisi Melayu yang sarat akan makna dan nilai
religius.
Dalam buku setebal 32 halaman ini, Irwan Effendi dan Muslim Nasution mengurai
dengan sederhana dan belajar dari apa yang dilakukan oleh masyarakat Melayu
dalam upacara Ayun Budak. Intinya, kehadiran buku ini bermaksud menemukan tema
budaya dari setiap tahap upacara tradisional masyarakat Melayu yang berhubungan
dengan kelahiran anak beserta lagu-lagu yang dinyanyikannya.
Menurut buku ini, Ayun Budak berasal dari dua kata; ayun dan budak. Ayun atau
ayunan adalah wadah yang tergantung pada seutas tali yang kemudian didorong
sehingga bergerak ke dua arah. Sedangkan budak dalam bahasa Melayu berarti
anak-anak. Secara istilah, Ayun Budak dapat diartikan sebagai suatu acara
mengayun anak-anak atau bayi (budak) secara beramai-ramai disertai nyanyian
lagu-lagu berisi nasehat, petuah, dan doa. Lagu-lagu itu biasanya dilantunkan
oleh ibu-ibu dan remaja putri. Ayunan yang digunakan dalam acara Ayun Budak
biasanya lebih besar dari ayunan biasa dan dihiasi dengan kertas, pita, dan
kain beraneka warna (hlm. 3).
Sejauh ini, belum diketahui secara pasti dari mana, oleh siapa, dan sejak kapan
tradisi Ayun Budak mulai berkembang dalam masyarakat Melayu. Menurut beberapa
informasi, sebagaimana juga dilansir dalam buku ini, tradisi Ayun Budak pertama
kali dipraktekkan oleh Haji Sulaiman (kakek dari salah satu penulis buku ini,
Irwan Effendi) sepulang dari lawatan ke Negeri Kedah, Malaysia. Tentunya
informasi itu, menurut penulis buku ini, hanya tersebar di daerah Haji Sulaiman
kini bermukim. Namun yang pasti, Ayun Budak hingga kini masih dilakukan dan
ditemui di Riau dan Sumatra Utara. Bahkan, menurut penulis, upacara serupa juga
dijumpai di negeri jiran Malaysia (hlm. 4).
Melalui buku yang diterbitkan oleh Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu
(BKPBM) bekerjasama dengan Penerbit Adicita ini, penulis mengurai latar
belakang tradisi Ayun Budak dalam masyarakat Melayu ke dalam beberapa poin
pertanyaan yang meliputi; bagaimana masyarakat Melayu khususnya di Kecamatan Bangun
Purba, Kabupaten Rokan Hulu, Provinsi Riau melaksanakan upacara tradisional
Ayun Budak yang berhubungan dengan aqiqah
anak? Apakah upacara tradisional yang mereka laksanakan itu telah
mengalami akulturasi budaya dengan budaya lokal lainnya? Dan apa makna dari
setiap rangkaian upacara tradisional tersebut?
Dalam lembar demi lembar buku ini, pertanyaan-pertanyaan di atas terjawab
dengan uraian makna dan tujuan pelaksanaan Ayun Budak di masyarakat Melayu,
yang menurut buku ini, antara lain; pertama, sebagai ungkapan kegembiraan dan
rasa syukur kepada Tuhan atas lahirnya putra atau putri dengan selamat dan
sehat sebagai anggota keluarga baru. Ungkapan syukur dari ayah dan ibu bayi itu
terlihat dari ungkapan lirik-lirik lagu yang dinyanyikan dan kemudian disambut
dengan jawaban oleh para tamu undangan, seperti lirik lagu di bawah ini:
Dengan Bismillah Rabbi kami mulai
Alhamdulillah selawatkan Nabi
Dengan Takdir Rabbi Ilahi Rabbi
Sampailah Maksud yang dicintai
Seorang anak Rabbi cinta yang lama
Sekaranglah sudah kami terima
Titiklah titik Rabbi diberi nama
Kami ayunkan bersama-sama
Jawab…
Dipanggil kami Rabbi orang sekalian
Oleh ibumu bapakmu tuan
Sesudah diberi Rabbi minum dan makan
Menyatakan syukur kepada Tuhan
Syukur kepada Rabbi Allah ta’ala
Karena mendapat intan kumala
Memberi sedekah Rabbi beberapa pula
Dengan sekedarnya adalah pula
Adapun makna dan tujuan lagu Ayun Budak kedua, yaitu menjadi media penyampaian
nasehat kepada si bayi maupun hadirin. Dan ketiga, Ayun Budak melalui
lagu-lagunya bertujuan menghaturkan doa kepada Sang Khalik. Doa itu dilakukan
oleh kedua orang tua bayi dan diiringi lantunan lagu jawaban oleh semua
hadirin, seperti:
Ibu bapakmu Rabbi mari dengarkan
Anak diayunkan kami nyanyikan
Bersama-sama Rabbi kita doakan
Harapan Allah minta perkenalkan
Adapun anak Rabbi masa kecilnya
Harum-haruman ibu bapaknya
Sehingga sampai Rabbi sudah umurnya
Satu tahun genap bilangan
Sedangkan makna dan tujuan yang keempat, adalah bahwa Ayun Budak dan prosesinya
dapat memupuk silaturahmi sesama warga masyarakat (hlm. 4-5). Hal ini
sebagaimana terlihat di larik lagu:
Dipanggil kami Rabbi kaum kerabat
Serta sekalian handai sahabat
Sekalian jiran Rabbi kawan terdekat
Semuanya datang dengan selamat
Jauh dan dekat Rabbi datang sekalian
Besar dan kecil laki-laki perempuan
Setengahnya datang berjalan sampan
Setengahnya datang berpayung sampan
Inilah kami Rabbi datang bertamu
Mengunjungi engkau hilir dan hulu
Mengayun engkau Rabbi maksud begitu
Karena hajat ibu bapakmu
Wahai anak Rabbi pikir olehmu
Besarnya hajat ibu bapakmu
Jika besar Rabbi sudah umurmu
Jasa mereka balas olehmu
Baris-baris lirik lagu Ayun Budak di atas menunjukkan ungkapan orang tua bayi
yang menyambut para tamu undangan dalam upacara aqiqah anak. Sedangkan dari
lirik lagu jawaban termaktub sejenis percakapan formal yang metaforis dengan
pemaknaan yang menegaskan iktikad (keinginan) baik dari para tamu undangan.
Nuansa dialogis itu berlangsung dalam lagu Ayun Budak yang menyerupai pantun
berbalas, yang biasanya dalam masyarakat Melayu digunakan untuk ritual
keagamaan, perkawinan, adat-istiadat, ataupun aktivitas sosial lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, tampaklah bahwa pelaksanaan upacara tradisional
Ayun Budak memuat makna filosofi yang diwariskan dari nenek moyang orang
Melayu. Upacara tradisional itu sarat dengan pesan-pesan moral dan harapan baik
bagi sang bayi bila kelak ia tumbuh dewasa. Oleh karenanya, dalam masyarakat
Melayu, tidak ada elemen yang digunakan sebagai pelengkap setiap upacara yang
tidak memuat arti tertentu; setiap elemen adalah simbol dari makna yang
diwakilinya. Sekalipun dirasa rumit dan sangat detail oleh beberapa orang,
tradisi Melayu ternyata masih dipertahankan oleh masyarakatnya. Kesetiaan masyarakat
Melayu terhadap tradisinya secara umum memberi kesan adanya sifat mengikuti apa
yang dilakukan orang tua dengan maksud menjaga identitas diri sebagai orang
Melayu. Bentuk pewarisan tradisi tersebut pada hakekatnya adalah untuk
melanggengkan nilai-nilai luhur yang termuat di balik setiap tindakan, termasuk
upacara Ayun Budak.
Sebagai hasil kreatif seni bahasa, lagu Ayun Budak lahir dari pemikiran yang
berlangsung dari situasi kelisanan. Tradisi kelisanan dalam masyarakat Melayu
di Riau, misalnya, akan mempengaruhi bentuk dan struktur lagu Ayun Budak. Dalam
budaya yang hampir seluruhnya bersifat lisan, semua pesan yang diterima
biasanya disimpan dalam ingatan untuk kemudian digunakan kembali ketika ada
acara Ayun Budak. Karena keterbatasan daya simpan otak manusia, maka digunakan
bentuk-bentuk linguistik atau bahasa yang mudah dihafal, mudah diingat, dan
mudah disampaikan, sebagaimana larik lagu-lagu Ayun Budak dalam buku ini.
Oleh karena itu, tanpa memahami situasi kelisanan dan muatan pesan dari setiap detail
tindakan serta makna upacara Ayun Budak, kekhawatiran akan terkikisnya
eksistensi, sekaligus esensi, upacara tradisional dalam masyarakat Melayu
tersebut mungkin cukup beralasan. Nah, kehadiran buku yang mengurai prosesi
Ayun Budak dan dilengkapi dengan lagu-lagu beserta foto-foto yang ilustratif
ini, jelas membuat pemahaman kita tentang khazanah budaya Melayu makin
mendalam. Kedua penulisnya harus dihargai atas upayanya melebarkan dan
memperkenalkan kekayaan khazanah budaya Melayu. Karenanya, buku ini sayang
diabaikan, terutama bagi mereka yang memerlukan bahan rujukan atau karya
pembanding tema budaya Melayu Riau.
3. STRATEGI
DALAM MEMPERBAIKI KEPEMIMPINAN YANG BAIK DI INDONESIA
Setiap pemimpin
mempunyai gaya tersendiri dalam memimpin negaranya namun seorang pemimpin tetapa
saja seorang manusia yang mempunyai kekurangan. Seorang pemimpin harus
mempunyai dasar krpemimpinan yang efektif :
1.PENENTUAN TUJUAN
Seorang pemimpin harus memastikan dari awal bahwa semua anggota teamnya
memahami maksud dan tujuan organisasi. Apa visi dan misi organisasi harus sudah
terinternalisasi di diri masing-masing anggota. Inilah salah satu alasan kenapa
banyak di dinding-dinding kantor perusahaan kita jumpai figura bertuliskan
Visi, Misi, dan Kebijakan Mutu perusahaan tersebut. Karena top management
menginginkan semua yang terlibat di organisasinya tahu arah dan tujuan
organisasinya.
Team tidak akan kehilangan arah dalam memacu roda organisasi dengan adanya
fase penentuan tujuan ini di awal. Inilah fase mendasar dalam organisasi, dan
pemimpin efektif terbiasa melaksanakannya.
2.KOMUNIKASI
Semua kebijakan, keputusan, informasi atau berita apapun yang dibuat oleh
top management terkait kebaikan perusahaan harus dikomunikasikan dengan baik
kepada semua anggota team. Banyak media yang bisa digunakan untuk
menyampaikannya. Pemimpin biasa dalam mengomunikasikan sesuatu kepada teamnya
tentu sudah terbiasa menggunakan media email, notes, memo dinas, chat-group,
atau internal communication tools lainnya.
Dan bagi pemimpin efektif, media-media itu saja tidak cukup. Ada banyak
alasan dari pemimpin efektif, kenapa media itu saja tidak cukup. Salah satunya
adalah, tidak semua karyawan dalam teamnya mau membaca. Membaca pun, belum
tentu semua mendapat pemahaman yang sama. Karena itu pemimpin efektif akan
membuat cara komunikasi yang lebih ‘intim’. Man-to-man communication. Dia akan
temui langsung teamnya, dan memastikan setiap anggota teamnya memahami apa yang
dikomunikasikannya tersebut.
3.KEPERCAYAAN
Komunikasi yang efektif didasari dengan adanya saling percaya antara
pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi tersebut; dalam hal ini antara
leader dengan bawahannya. Penentuan arah tujuan organisasi sudah dibuat,
kemudian dikomunikasikan dan komunikasinya dibangun di atas kepercayaan.
Bagaimana mungkin bawahan bisa menerima dan mengikuti instruksi atasan bila
bawahannya tidak ‘percaya’ kepada leadernya. Prinsip ini sangat dipahami oleh
pemimpin efektif.
4.AKUNTABILITAS (PERTANGGUNG JAWABAN)
Dasar keempat adalah pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Banyak pemimpin
yang akhirnya gagal menjalankan beberapa proyek karena melalaikan dasar ini.
Hal ini tidak dimaksudkan untuk mencari siapa yang bersalah atas kegagalan
organisasi, tapi ditujukan untuk menuntut pertanggungjawaban dari semua orang
yang terlibat dalam organisasi tersebut. Prinsip ini memunculkan kaidah
check-list; monitoring.
Semua karyawan atau
bawahan merasa diawasi sehingga setiap saat mereka terpacu untuk memberikan
yang terbaik. Kalaupun suatu saat mereka ‘bisa saja’ merasa tidak diawasi,
kinerjanya tetap bisa mengutamakan yang terbaik karena mereka juga akan
mempertanggungjawabkan pekerjaannya tersebut kepada atasannya di akhir
pekerjaan / proyek.