Selasa, 18 Desember 2012

ILMU BUDAYA DASAR


KAJIAN KEBUDAYAAN MANUSIA PADA ZAMAN ABAD PERTENGAHAN

Nama :Taufik Akbar. S
Kelas  :1ID01
Npm    :37412306


             Kebudayaan rochani Abad Pertengahan bercirikan agama Kristen. Seluruh jiwa masyarakat dengan berbagai sendi-sendinya bersifat keagamaan. Jiwa keagamaan ini yang mendorong berbagai bentuk dan paparan kehidupan.  Orang hanya mengakui makna kehidupannya yang berhubungan dengan tujuannya, yaitu tujuan adhikodrati tentang kehidupan bahagia. Jiwa diluputi oleh sikap perasaan-perasaan yang timbul karena angan-angan keagamaan. Oleh karenanya menimbulkan pandangan hidup dan pandangan dunia yang bersifat mistik.

Bidang seni pada abad pertengahan   :

Seni Lukis Italia
Karena gaya Gothik merupakan produk Eropa utara, pengaruhnya tidak begitu kuat di Italia. Para seniman Italia cenderung tetap mempertahankan metode-metode dan konsepsi-konsepsi lama, yang disebut Greek (Yunani) atau Byzantine (Byzantium). Sama seperti para penganut naturalisme Gothik, para seniman Italia pada mulanya juga lebih senang menciptakan lukisan-lukisan tentang alam, seperti binatang, tumbuhan, bunga, dan sebagainya. Oleh karena itu ketika mereka harus membuat lukisan tentang manusia, hasilnya tampak kaku, dan tidak riil. Dengan kata lain, mereka bersikap tradisional. Para seniman Italia yang pertama-tama menunjukkan perubahan sikap terhadap komposisi warna, anatomo, pencahayaan, bayangan, dan animasi adalah Cimabue (1302) dan muridnya, Giotto (1336) mereka adalah seniman Florence (Firenze). Karya terbesar Giotto dapat kita lihat di Arena Chapel katedral Padua dan Bardi Chapel Gereja Santa Croce di Florence. Para pelukis sesudah Giotto cenderung sebagai epigon-epigonnya. Mereka hanya bisa mengikuti model-model yang telah dirintis Giotto, tetapi tak mampu menandinginya.

Seni Pahat Italia
Seni pahat, seperti halnya seni lukis, mengalami serangkaian perubahanyang sangat berarti dalam abad XIV. Sebelum tahun 1300, pahatan-pahatan yang menggambarkan manusi tampak kaku. Karya-karya itu sebagian besar adalah hasil kerja para seniman penganut model Yunani.  Ayah dan anaknya yang bernama Niccola dan Giovanni Pisano menghasilkan pahatan-pahatan pada mimbar besar di katedral-katedral di Pisa, Siena, dan Pistoia. Karya-karya ini sudah menunjukkan semangat Gothik. Giotto, selaim pelukis, adalah juga pemahat. Pengaruhnya dalam dunia seni pahat tidak kalah besarnya dengan pengaruhnya dalam dunia seni rupa. Ketenaranya antara lain karena karya-karya pahatannya pada panel-panel rendah, yang ia rancang untuk menghiasi menara lonceng Gereja Santa Maria dan Katedral Florence. Panel-panel karya Giotto tersebut tampak sederhana. Tetapi justru karena itu, karya-karya tersebut mengundang banyak perhatian. Dan sejak saat itulah para pemahat meninggalkan metode penggambaran yang serba semarak.
Seni Lukis Flanders
Di Eropa Utara, perintis inovasi dalam dynia seni Lukis adalah para seniman Flanders.  Hubert dan Jan van Eyck bersaudara menunjukkan inovasi itu pada karya-karya miniatur mereka yang menjadi ilustrasi pada buku-buku agama. Inovasi lainnya yang dipelopori Van Eyck bersaudara ini adalah penggunaan cat minyak dalam melukis. Kapan tepatnya perintisan inovasi ini dimulai sebenarnya masih kabur. Setelah Van Eyck bersaudara, pelukis lainnya yang perlu dicatat adlah Rogier van der Weyden (1464). Ia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menggambarkan insiden-insiden dramatis, dan mampu membangkitkan emosi yang pedih. Seniman lukis Flanders lainnya lagi yang perlu dicatat adalah Hans Memling (1494. Ia berasal dari Bruges. Ciri khas dari karyanya adlah sentuhan yang halus dan sentimentil.
Seni Pahat Flanders
Seni pahat Flanders, seperti halnya seni lukisnya, mencapai puncak perkembangannya pada awal abad XV. Ciri khas yang menonjol yang dapat kita amati dalam karya-karya besar yang ada adalah mencuatnya gagasan-gagasan naturalisme, idealisme religius, dan corak penderitaan yang pedih. Seniman pahat Flanders yang terkemuka adalah Claus Sluter, yang berkerja pada istana Duke Philipe di Burgundia. Sluter ditugasi untuk mendekorasi biara Carthuisan di Champmol, dekat Dijon, yang dipersembahkan sebagai mausoleum para pangeran Burgandia.
Seni Musik Abad Pertengahan
Seperti halnya dengan seni lukis, pahat, dan arsitektur, seni musik abad pertengahan diabadikan untuk gereja. Lagu-lagu dan tari-tarian rakyat sudah barang tentu tetap ada. Namun, karena sebagian besar bukti karya-karya populer itu sudah lenyap, maka kita tidak dapat merekontruksikannya dengan baik. Bahkan musik Yunani dam Romawi telah dilupakan orang. Kreasi seni seorang seniman musik cenderung dilupakan begitu sang seniman tiada. Apalagi seni musik kuno, entah Yahudi, dan Romawi, yidak tertulis, sehingga cepat hilang. Demikian jugalah seni musik populer atau seni musik rakyat abad pertengahan. Meskipun begitu kita tidak boleh berasumsi bahwa abad pertengahan tidak mengenal musik rakyat semacam itu, hanya kaarenaa bukti-bukti historis yang kita dapatkan semata-mata berkaitan dengan musik gereja.  Liturgi atau kebangkitan gereja banyak menggunakan musik. Pada mulanya para pemimpin gereja tidak suka menggunakan musik dalam kebangkitan keagamaan. Alasan utamanya adalah karena musik telah menjadi bagian dalam ritus-ritus kaum kafir, pertunjukan-pertunjukan gladiator, maupun hiburan-hiburan tak bermorak dalam masyarakat kafir.  Namun, meski betapa kerasnya sikap para pemimpin gereja, secara perlahan-lahan musik menyelinap masuk ke dalam gereja. Inovasi dalam seni musik banyak bermunculan saat puncak abad pertengahan tiba. Guido d’Arezzo (1050) melengkapi sistem notasi yang telah dikembangkan pada masa itu. Ia menggunakan lima garis paralel yang di atasnya terdapat not-not balok untuk menandai pola titinada. Organ adalah alat musik yang paling penting dalam abad pertengahan. Alat musik ini telah diketemukan jauh sebelumnya. Selain alat musik tiup, alat musik bersenar juga digunakan. Oarang Yunani kuno telah mengenal alat musik bersenar yang disebut cithara. Alat ini dimainkan dengan jari.
Begitu banyak aspek kehidupan akhir abad pertengahan yang menjadi sumber inspirasinya para seniman Gothik. Dan begitu eratnya kaitan antara kreasi-kreasi kesenimanan mereka dengan apa yang menjadi puncak-puncak peradaban Abad pertengahan, sehingga periode ini kemudian lazim disebut  Zaman Gothik
DASAR-DASAR KESATUAN KEBUDAYAAN ZAMAN PERTENGAHAN

Peradaban zaman pertengahan menduduki tempat tersendiri dalam sejarah. Dengan berakar pada peradaban-peradaban Yunani-Romawi,Byzantium, dan Arab, dasar-dasar atau fondasi Peradaban Zaman Pertengahan memang benar-benar diletakan oleh kreator-kreator peradaban. Anasir spiritual berasal dari kebenaran-kebenaran agama Kristen.
Negara masyarakat di Eropa Barat lama mengalami banyak berbagai bencana  akibat runtuhnya Kekaisaran Romawi. Aktivitas ekonomi merosot, negara-negara kota lama terus-menerus lenyap satu demi satu. Kehidupan semakin terkonsentrasikan di pedesaan, dan bertumpu pada sector pertanian. Ekonomi uang semakin tergeser oleh ekonomi domestic atauekonomi pertanian. Karena aktivitas jual beli rendah, bahan-bahan makanan dan barang-barang manufaktur rendah pula nilainya. Masing-masing wilayah mengembangkan semua atau hampir semua yang dibutuhkan penduduknya. Begitulah gambaran selintas masyarakat di Spanyol, Gaul, Italia, dan kawasan Rhein.
Jamaah Gereja, dalam kehidupan pedesaan Zaman Pertengahan jemaah gereja muncul dan berkembang dengan mudah. Menjelang abad X hal ini diakui sebagai bagian tak terpisahkan dari tata sosial feodalisme. Para tuan tanah menyediakan sebagian tanahnya untuk gereja serta untuk kebutuhan hidup sehari-hari para pendeta setempat. Dimana-mana gereja dan pelataran gereja menjadi bagian yang tak terpisahkan dari bangunan-bangunan milik para tuan tanah. Kekuasaan dan pengaruh para tuan tanah  yang begitu besar itu selanjutnya membawa implikasi tersendiri dalam mekanisme birokrasi gereja. Karena begitu berpengaruhnya llalu seakan-akan memiliki hak untuk mengajukan seseorang kepada uskup agar diangkat sebagai pendeta yang ditempatkan di daerah mereka. Dengan demikian pendeta gerja local itu boleh dikatakan adalah “orang”-nya tuan tanah.
Organisasi keuskupan, lingkup kerja seorang uskup meliputi banyak kesatuan wilayah jemaah gereja, dan ini disebut diocese atau keuskupan. Suatu jajaran pembantu uskup dibentuk untuk mengawasi masing-masing unit jemaah. Hal ini memang membutuhkan biaya yang mahal, tetapi tidak menjadi masalah karena gereja menerima sumbangan atau tenaga pengolah tanah di masing-masing wilayah. Pemasukan dari tanah itulah yang kemudian untuk merawat gereja, serta membiayai organisasi yang dibentuk untuk mengawasi kehidupan keagamaan di wilayah keuskupannya. Ini berarti manajemen keuskupan sangat tergantung pada ekonomi domestic atau ekonomi agrarian.
Sisa-sisa kekafiran dan ketakhayulan, sebagaimana diketahui, gereja Kristen lahir di dalam masyrakat yang telah memiliki tradisi keagamaannya sendiri selama berabad-abad. Itu berarti ajaran-ajaran meresap ke dalam kesadaran mereka, dan termanifestasikan dalam perilaku sehari-hari mereka.  Itulah sebabnya semenjak semula agama Kristen berjuang keras menyebarkan ajaran-ajaran etika praktis serta sikap hidup tertentu terhadap dunia. Sebelum Maklumat Milan  (the Edict of Milan) diumumkan (313), umat Kristen merupakan kelompok minoritas yang senantiasa hidup di bawah kecemasan dan ketakutan. Namun sesudah maklumat itu diumumkan , Kristen menjadi agama istimewa, dan berbondong-bondonglah orang untuk memeluknya, karena itulah jalan terbaik untuk menyelamatkan atau malah meningkatkan status mereka di dalam masyarakat. Pada awal Zaman Pertengahan , setiap orang yang hidup di Kekaisaran Romawi adalah pemeluk agama Kristen, karena wajib mengikuti pembaptisan. Gereja menjadi bersifat Katholik, artinya universal atau ada di mana-mana. Pada Zaman Pertengahan , praktek-praktek ilmu sihir itu antara lain tampak pada cara-cara orang Jerman membuktikan kesalahan seseorang yang dituduh telah melakukan kejahatan. Tertuduh membuktikan diri tidak bersalah setelah mengalami serangkaian penyiksaan. Ada banyak orang-orang Kudus, yang sebagian besar memang tokoh historis. Namun, dalam banyak hal cerita-cerita itu bercampur dengan ketakhayulan. Salah satu contohnya adalah dipakainya sepatu bekas milik St.Cuthbert, yang semasa hidup menjadi uskup Lindisfarne, untuk melakukan penyembuhan penyakit secara gaib.

Konversi orang-orang Barbar Jerman, sepanjang Zaman Pertengahan terjadi banyak  konversi orang-orang barbar. Suku-suku Jerman yang terkenal penganut kuat kepercayaan lama mereka satu demi satu pindah ke agama Kristen. Banyak suku-suku jerman yang sudah menyatakan diri masuk Kristen abad IV seperti Visigoth, Ostrogoth, Vandal, Burgundia, dan Lombardia.
                
            Konversi orang-orang Frank, sering berpindahnya seluruh warga warga suatu suku ke agama Kristen adalah karena mengikuti raja atau kepala suku tersebut. Satu contoh yang menarik adalah yang terjadi pada Clovis, Raja orang-orang Frank. Karena mengalami tekanan berat selama peperangan dengan Alamanni pada 496, ia takut akan mengalami kekalahan total. Isterinya, St. Clotilda, telah sering membujuknya untuk menjadi seorang Kristen. Ia piker ia akan meraih kemenangan jika menjadi seorang Kristen. Alemanni pun kalah dan Clotilda memohon St. Remi, Uskup di Reims, untuk membaptis Clovis.

                
            Konversi orang-orang Anglo, Saxon, dan Jute, suku-suku Jerman yang berdiam di Britania selama abad V masih tetap kafir. Agama Katholik baru masuk ketika datang missi St. Augustinus dari Centerbury pada 597.

                
            Konversi orang-orang Northumbria, kaum barbar sangat terkesan akan kepastian ajaran Kristen. Mereka dibikin resah tentang tujuan akhir manusia, dan doktrin tentang kebangkitan kembali. Hal ini dilukiskan dalam sebuah cerita dalam catata Bede tentang konversi Raja Edwin dari Northumbria pada 627. Coifi, kepala urusan agama sangat berhasrat akan adanya perubahan karena, menurutnya, ia tak merasakan suatu kekayaan rohaniah dengan menyembah dewa-dewi lama.

                
            Konversi orang-orang Kelt, dibandingkan dengan orang-orang Northumbria, orang-orang Kelt yang berada di Britania, Skotlandia, Irlandia lebih dahulu masuk Kristen. Upaya pengkonversian pertama terhadap mereka di lakukan oleh St. Patrick (†461).  Ia lahir di Britania. Ketika berusia enam belas tahun, ia ditangkap dan dijual sebagai budak di Irlandia. Ia mampu meloloskan diri dari tuan-tuannya dan kemudian selama bertahun-tahun tinggal di biara di Gaul Selatan. Pada 431 ia kembali ke Irlandia dan mulai melakukan tugas-tugas missionarisnya. Selama tiga puluh tahun ia melakukan perjalanan mengelilingi Irlandia mewartakan Injil. Atas segala keberhasilan misinya itulah kemudian ia dianggap sebagai santo Irlandia.

               
            Konversi orang-orang Slav, kristenisasi orang-orang Slav baru terjadi pada abad pertengahan  abad IX. Missionaries-missionaris awal antara lain adalah St. Cyril (†869) St. Methodius (†885), dua bersaudara dari Thessalonika, Yunani. Kedua missionaries itu memang sengaja diundang oleh penguasa Moravia untuk menyebarkan ajaran Kristen di kalangan orang-orang Slav. Dengan fasih mereka mewartakan Injil dalam bahasa Slav, yang adalah bahasa Yunani yang telah diadaptasikan ke dalam bahasa Slav asli.


Eropa telah menjadi wilayah Kristen, kecuali bebeaoa daerah suku terbelakang di sekitar Laut Baltik. Suku-suku seperti Finn dan Lithuania selama beberapa abad kemudian tetap bertahan dengan paganisme mereka. Proses konversi semua suku bangsa yang terbentang dari pulau-pulau di lepas pantai Skotlandia hingga daratan luas di Rusia adalah merupakan suatu bab tersendiri dalam sejarah. Gereja yang praktis telah merambah semua suku bangsa di Eropa menjadi lembaga yang sangat berperan dalam pembentukan corak kehidupan manusia. Melalui doktrin-doktrinnya tentang kehidupan dan segala permasalahannya, Gereja benar-benar menjadi lembaga sentral yang menentukan bentuk peradaban Eropa. Karya para missionaries, biarawan, dan pejabat gereja mendapat tempat yang penting dalam sejarah peradaban.

                   
St. Benedictus dan Peraturannya, perbiaraan Benedictus memainkan peran penting dalam proses transformasi kaum barbar menjadi umat Kristen yang lebih beradab. St. Bene-dictus (480-557), lahir dekat Spoleto, Italia tengah, dalam usia tujuh belas tahun pergi meninggalkan orangtuanya. Ia memilih hidup seperti seorang pertapa, yang ia jalani di tengah rimba Subiacco. Petuah-petuah sucinya tersiar luas. Akhirnya, pada tahun 528, ia menarik diri dari pertapaannya di Subiacco untuk mendirikan biara di Monte Cassino, yang terletak  di tengah-tengah antara Roma dan Napoli.
                    St. Benedictus  menerapkan aturan tersendiri. Maksud diterapkannya aturan yang khusus ini hanyalah untuk mengorganisasikan suatu biara tempat para biarawan hidup dengan tata cara yang umum  berlaku, melakukan pekerjaan dan kebaktian bersama. Telah banyak pujian terhadap kontibusi Ordo St. Benedictus dalam bidang sosial, ekonomi, dan intelektual. Namun, kontibusinya dalam aspek-aspek keagamaan boleh dikatakan kurang mendapat perhatian. Memang benar bahwa para biarawan telah membabat hutan, mengeringkan rawa-rawa, menanam pohon-pohon dan mengembakan peternakan, serta meningkatkan kesuburan tanah dengan metode-metode pertanian yang cermat.

                   Kesusastraan pada Zaman Pertengahan, pada dasarnya umat Kristen tak memiliki pertautan apa pun dengan karya-karya klasik Yunani dan Romawi yang politieistik dan mengandung gambaran yang tak senonoh tentang kehidupan para dewa.  St. Augustinus mengkhawatirkan kemungkinan timbulnya pengaruh buruk dari karya-karya para penulis kafir itu. Kekhawatiran ini juga di rasakan oleh umat Kristen pada umumnya. Umat Kristen barangkali boleh menolak sastra kafir. Namun hal itu tak mungkin  mereka lakukan tanpa juga menolak retorika, filsafat dan ilmu pengetahuan yang pernah dihasilkan bahasa Yunani dan Romawi. Para pemimpin gereja akhirnya  juga mengambil alih retorika lama, dan pengetahuan klasik menjadi bagian penting dari fondasi peradaban Zaman Pertengahan.

                   Zaman Kegelapan  kata lain untuk menyebut Zaman Pertengahan. Ini periode zaman para santo, dengan segala kepercayaan naïf tentang keajaiban mereka. Bentuk khas kesusasteraan yang lazim pada periode ini adalahhagiograf , atau kisah-kisah para santo. Banyak dari kisah-kisah semacam ini sebagian baik sebagian fiksi belaka, sebagian panjang sebagian pendek yang telah disusun menjadi semcam antologi yang dikenal sebagai Acta Sanctorum, atau Kisah Para Santo.
                   Gregorius Agung, Paus dari 590 hingga 604, adalah pemimpin gereja yang paling bersemangat mendorong penulisan tentang kehidupan apra santo. Karyanya sendiri yang berjudul Dialogoues, yang ditulis untuk menyenangkan umat Kristen, penuh dengan berbagai ceritaq keajaiban untuk membenarkan ajaran Kristen. Gregorius memang seorang pengkhotbah dan sekaligus penulis besar. Empat puluh dari kumpulan khotbah-khobahnyaq, yakni Homillies, masih bertahan. Karya lain Gregorius, yakni Magna Moralia, merupakan komentar atau catatan terhadap Kitab Job. Karya ini menjadi fondasi teologi selama Zaman Pertengahan.
                    Tokoh  Zaman Pertengahan yang lain yang tidak boleh diabaikan adalah Boethius.  Ia lahir di Roma, dan berasal dari golongan aristocrat. Ia hidup di bawah Raja Theodorik(†526), yang mendirikan kerajaan Ostrogoth di Italia. Boethius menaruh minat besar terhadap pengetahuan klasik, baik Yunani maupun Romawi. Meskipun Boethius banyak menulis nbuku-buku tentang aritmatika dan music, ia sebenarnya lebih berminat pada karya-karya Plato dan Aristoteles, yang kemudian banyak ia terjemahkan. Terjemahannya atas karya-karya Aristoteles seperti Categories dan De Interpretations berperan penting dalam pengembangan kehidupan intelektual di Barat.
                    Selain Boethius, tokoh lainnya lagi yang perlu diperhatikan adalah Cassiodorus (†583). Ia asli orang Italia selatan. Seperti Boethius, ia sangat berpengaruh dalam penyelenggaraan pendidikan pada zaman pertengahan. Ia mencoba mendirikan sebuah sekolah teologi di Roma. Namun gagasan ini praktis sulit direalisasikan karena peperangan yang destruktif dan berkepanjangan antara Justinianus dan orang-orang Ostrogoth. Hal ini mendorongnya untuk untuk meninggalkan tanah leluhurnya, dan kemudian mendirikan biara di Vivarium. Motivasi utamanya adalah agar para biarawan benar-benar menjadi ahli kitab yang mampu menjelaskan teks-teks suci dalam Injil.
           Ilmu Pengetahuan, selama Zaman kegelapan pengetahuan ilmiah relative tidak mendapat tempat. Hal ini merupakan  konsekuensi logis dari merosotnya penyelidikan ilmiah Yunani dan pupusnya institusi-institusi ilmiah Romawi. Orang tak lagi berminat melakukan observasi secara ilmiah saeperti yang dilaukan Aristoteles.
            Ilmu Kedokteran, karena tidak tumbuhnya sikap kritis, ilmu kedokteran pada Zaman kegelapan praktis tidak mengalami kemajuan. Ketika Kekaisaran Romawi mengalami disintegrasi, pengetahuan kedokteran yang telah dikembangkan Hippocrates dan Galen terabaikan. Hanya kadang-kadang saja cara yang lebih masuk akal digunakan. Di Barat, pengetahuan kedokteran sangat tak berarti jika dibandingkan dengan pengetahuan orang-orang Persia dan Yahudi pada masa kekhalifahan Ummayah dan Abbasiyah, yang mengembangkan pengetahuan mereka langsung dari karya-karya Galen. Sampai dengan abad XII, Eropa Kristen tak menjamah harta pengetahuan klasik ini. Jelas kebudayaan Eroba barat pada periode ini teramat kecil dibandingkan dengan kebudayaan Byzantium dan khususnya dunia Arab.


FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN
Sejarah filsafat Abad Pertengahan dimulai kira-kira pada abad ke-5 sampai pada awal abad ke-17. Para sejarawan pada umumnya menentukan tahun 476, yakni masa berakhirnya Kerajaan Romawi Barat yang berpusat di kota Roma dan munculnya Kerajaan Romawi Timur yang kelak berpusat di Konstantinopel (sekarang Istambul), sebagai data awal zaman Abad Pertengahan dan tahun 1492 (penemuan benua Amerika oleh Colombus) sebagai data akhirnya.
Masa ini diawali dengan lahirnya filsafat Eropa. Sebagaimana halnya dengan filsafat Yunani yang dipengaruhi oleh kepercayaan, maka filsafat atau pemikiran pada Abad Pertengahan pun dipengaruhi oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat Abad Pertengahan didominasi oleh agama.
Periode Abad Pertengahan mempunyai perbedaan yang mencolok dengan abad sebelumnya. Perbedaan ini terletak pada dominasi agama. Timbulnya agama Kristen pada permulaan abad masehi membawa perubahan besar terhadap kepercayaan agama. Zaman Pertengahan adalah zaman keemasan bagi kekristenan. Disinilah yang menjadi persoalannya, karena agama Kristen itu mengajarkan bahwa wahyu tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Hal ini berbeda dengan pandangan Yunani kuno yang mengatakan bahwa kebenaran dapat di capai oleh kemampuan akal.


1 komentar:

  1. hei kawan, karena kita ini mahasiswa gundar, tolong ya blognya dikasih link UG, seperti:
    - www.gunadarma.ac.id
    - www.studentsite.gunadarma.ac.id dan lain lain
    karna link link tersebut mempengaruhi kriteria penilaian mata kuliah soft skill.

    Selain itu, Yuk kita ikut lomba 10 kategori lomba khusus bagi mahasiswa Universitas Gunadarma Edisi Desember 2012 ini diperuntukkan bagi mahasiswa S1 dan D3. Tersedia 100 pemenang, atau 10 pemenang untuk setiap kategori. Link:
    http://studentsite.gunadarma.ac.id/news/news.php?stateid=shownews&idn=755

    Oh iya, kalian nggak mau ketinggalan kan untuk update terhadap berita studentsite dan baak? Maka dari itu, yuk pasang RSS di Studentsite kalian.. untuk info lebih lanjut bagaimana cara memasang RSS, silahkan kunjungi link ini:
    http://hanum.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/folder/0.5

    BalasHapus